Khususnya mekanik yang memodifikasi mesin, lebih pas disebut mekanik brutal. Basic sport trail yang rata-rata memakai basic 150 cc, dibore up hingga 200 cc, bahkan ada yang mendekati 250 cc. Kontroversi kapasitas mesin presisi dan cenderung lebih rendah ini, ditrapkan tak sekedar dan diputuskan oleh mekanik, saat tampil di pelataran parkir stadion Mandala Krida, Jogja yang dijadikan sirkuit Trial Game Asphalt 2019 seri 3 (20-21/09/2019).
Input rider juga dijadikan pertimbangan. Nilai 250 cc terlalu liar dan rentan memicu terjadinya penyimpangan mekanis mesin. Selain itu modifikasi mesin hingga 250 cc, tak sebanding dengan up grade pengereman. “Tetap, speed yang terlalu liar dan sulit direduksi, pengereman jadi maksa, kondisi membalap seperti ini konsentrasi rawan mengacaukan rider, ”sebut Danwing Van Houce bokap Tommy Salim yang terus mengamati dari tengah lintasan performa CRF 150L hasil korekanya.
Tapi, beda lagi dengan rider yang terobsesi jawara. Up grade kapasitas mesin lebih mendekati angka 250 cc, produktifnya power mesin dibuat nonjok di bawah. Bekal up grade mesin yang luar biasa itu, saling pressing dan over take hingga memanas, spesial menghadirkan kompetisi segar yang paling ditunggu. Aksi rider yang didominasi petarung road race ini, rentang kuda besinya rapat dan nyaris. Ini hebatnya Trial Game Asphalt, mampu memacu gengsi rider yang berlaga. teks - foto : enea