AMRF Jatim Drag Bike Championship - Seri III, Surabaya : PRO KONTRA TERGESERNYA POPULARITAS KELAS REGULAR

Soal kosistensi dan komitmen, sebagai bentuk simpati dan perhatian terhadap pelaku drag bike, memang belum ada tandingan.

Skema dan konsep event drag bike yang dikemas usai pandemi, kuat menjadi tolak ukurnya.

Mengingat kebijakan dan kesepakatan, biasa tertulis tanpa penonton.

Pasti sampeyan mengambil langkah seribu ! sebab, dari tinjauan matematika jelas berat.

Milenial bicara tak sesuai ekspektasi !

Beda dengan perilaku yang ditanam oleh kepemimpinan Satrio Bangun Putra Pratama, Putra Mahkota Anugrah Mandiri Racing Factory Jatim (AMRF Jatim), penerus tongkat estafet H. David Surya Pratama.

Rio sapaanya tetap full throttle, bentuk representasi jiwa besar dan budaya sosial yang tinggi keluarga besar H. David.

Rio yang selalu tampil casual itu diback up Maulana Director Event dari AE Indonesia.

Keduanya terus mencari siasat, membakar semangat para pelaku drag bike di Jatim, yang selalu disemuti peserta dari provinsi sebelah.

Sejatinya, bagi EO, Promotor, maupun Penyelenggara yang jeli, special event AMRF Jatim Drag Bike Championship - Seri III, Surabaya ini, bisa dijadikan testcase.

Baik dari jumlah peserta, kelas yang memiliki nilai jual, aturan new normal yang wajib diberlakukan, sampai pikat nominal angpau yang rasional.

"Maka, secara tak langsung juga menjadi upaya memancing EO, Promotor, maupun Penyelenggara lain, untuk memulai menggelar event kompetisi roda dua, "papar Malulana.

Tapi, faktanya sampai di perjalanan seri III, masih belum ada yang mengamini.

"Kalau dibuat kasak-kusuk, akan membangun persepsi di Jatim lagi krisis Event Organizer segmen racing roda dua, "lontar Maulana.

Problem dilematis ini yang seharusnya dicari solusinya dan bukan hanya pembenaran.

Sebab, kalau sama-sama bicara keadaan, anomali kelas akan mengemuka, memacu inisiatif.

Aspirasi dari peserta, dijalankan sebagai siasat drag bike kembali bergairah.

Masing-masing kultur dan budaya perilaku racing roda dua, di setiap karsidenan akan dikonversi menjadi kelas resmi.

Pola gerilya ini, yang kemudian mendapat sambutan antusias. Di sisi lain, pastinya akan mendatangkan pro dan kontra.

Apa pasal ? pelan tapi pasti akan menggeser kelas regular atau kelas primadona, yang di empat tahun silam telah terbentuk para jawaranya.

Sebab, kalau mau terus dan lempeng, si bos lagi ngencengin ikat pinggang.

Repair spare part dan riset jadi terbengkalai, lempar handuk akhirnya jadi pilihan.

Tapi, kabar baiknya ada juga yang reborn, dengan formasi kuda besi tak seperti semula.

"Pertempuran yang berpotensi cetak podium, berganti jadi incaran, "pengamatan Rio.

Sementara kelas baru yang disadur dari karapan liar, sisi baiknya mendongkrak popularitas engine builder, tuner, marketing sampai broker.

Fenomena dua sisi yang menunjukan grafik peningkatan dan stagnan ini, yang terus dimonitor oleh Rio dan Maulana.

Sebab, mulai ada team besar yang bangun satelit, untuk menyasar kelas non regular.

Bangganya, target awal mengentaskan para milenial dari karapan liar, mulai menunjukan hasil memuaskan.

Sebab, di event kali ini terus mengalami peningkatan data dan fakta rider wajah lama, yang baru saja mengaspal di event resmi.  

"Hingga harus mengakomodirnya dalam 21 kelas termasuk kelas regular, "pungkas Maulana.   fikri