Cover bodi matic memang identik serba padat, sebagai cirri khas penunjang tampilan elegan. Sebab, sesuai dengan tarjet market pabrikan, yang membidik rentang usia relaif lebar, dari remaja diatas 15 tahun sampai emak-emak.
Tapi, bicara ke segmen pemakaian jelas mengalami perbedaan cukup signifikan. Kalau emak ke modern market, bapak buat pergi ke kantor, sedang anaknya pergi touring.
Memang menjadi pertanyaan kritis, terkait gaya aerodinamika desain bodi matic, saat dipakai touring.
Rentan menjadi kantong angin di beberapa bagian bodi, hingga berpengaruh ke performa top speed. Atas pandangan demikian ini, M. Zulfikar pemilik brand DDF meluncurkan produk air flow, khusus untuk matic.
Dari sisi desain dan style, cukup kompartibel diaplikasi untuk all brand varian matic. Penempatanya juga beragam sesuai kebutuhan. Sekedar bolt on untuk modifikasi atau memang menghendaki fungsi.
Tapi, ada baiknya penempatan air flow dipasang di bagian bodi yang berpotensi menjadi kantong angin. “Atau bisa juga ditempatkan di bidang bodi yang dinilai menjadi hambatan angin, ”saran M. Zulfikar.
Cara pemasangan sedikit agak ribet. Sebab, mesti lepas lebih dulu panel bodi yang akan ditempati air flow.
Kemudian bentuk lubang pada panel bodi, dengan ukuran lebih kecil dibanding bidang air flow. Entah model strip macam grille, lubang-lubang atau lubang besar, silahkan.
“Asal, ketika air flow dipasang berfungsi benar, yaitu sebagai pengalir angin, untuk memperkecil nilai hambatan angin pada bodi, ”saran M. Zulfikar.
Selain tampilan matic lebih sporty, adopsi air flow ini cocok buat bikers penunggang matic yang sering touring. Atau memiliki intensitas riding melewati jalur pantura cukup tinggi.
Mengingat, jalur pantura curah anginya sangat tinggi. Belum lagi saat berpapasan dengan truk cargo atau bus malam.
“Dengan air flow, optimis problem limbung efek hempasan angin truk cargo dan bus malam tadi, optimal direduksi, ”yakin M. Zulfikar. teks - foto : skg
