Sang owner lebih suka tampil menyamar, persis dengan representasi pribadinya, low profil tapi padat berisi. Meskipun berparas retro classic, hasil pemakaian tangki CB Glatik tahun 79 dan jok custom, tapi soal inovasi performa mesin, mungkin kuda besi yang satu ini juga layak di uji coba di trek 1200 meter, meskipun request sang empunya hanya sebatas menu touring.

Sebab, mulai dari spesifikasi silinder cop kaya inovasi. Hasil kanibalan dari Tiger, memakai katup 31,5 mm (in) dan 27 mm (ex), hasil kreasi Andik mekanik RAT Motosport, di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo yang dikenal kaya akan inovasi. Persis dengan representasi pose foto Andik, ingin meloncat lebih tinggi, soal teknologi dan inovasi tentunya.
Untuk desain camshaft, dari pertimbangan ukuran katup yang telah over size, maka lift camshaft proporsional berada di 8,1 mm (in) dan ex 8,0 mm. Dengan siklus, in open 57 derajat dan close di 19 derajat. “Sedang siklus katup buang, diplot di 59 derajat ex open dan ex close di 19 derajat, ”terang Andik.
Lebih lanjut, nilai kapasitas mesin turut dinaikan hingga 239 cc. Melalui pemakaian liner JP Racing yang dicangkok di blok silinder CB 100, sehingga tampak luar lebih samar. Tapi, diameter dalam crankcase ikut dibesarkan 73 mm. Mengikuti diameter luar liner yang memakai 72 mm, pengaruh pemakaian piston 66 mm dari CBR 150 versi kompetisi.
“Sengaja sisa ketebalan liner saya pakai 3 mm, permintaan pemiliknya yang masih senang touring dengan jangkauan long journey, ”kata Andik yang turut menggantikan conrod dengan produk KCN.

Itu juga atas pertimbangan stroke up yang sekarang menjadi 70 mm. Faktor hardner pada big end dan small end, menjadi prioritas kajian Andik sebagai penunjang faktor durability. Untuk saat ini memang conrod KCN bisa dibilang recommended.
Ketika membedah lebih jauh komposisi bore dan stroke kali ini, memang bertolak belakang dengan korekan sport 4 tak pada umumnya. Untuk konsumsi touring, memang terasa nyaman saat riding di top speed gaya stasioner. “Sebab, tak perlu mengumpan RPM hingga tinggi, ”yang mencangkok karbu aftermarket jenis flat.
Dan sebagai ciri khas kuda besi touring, yang sebenarnya layak untuk gacoan di 1200 meter, instalasi program pengapian mengadopsi CDI Grand. Magnet dan spul pembangkit, juga dikanibal dari Grand. “Tapi, titik pick up coil saya rombak ulang, mengimbangi panjang stroke 70 mm, ”detail Andik yang memaksimalkan percikan bunga api melalui koil Mega Pro.
Setelah Torsi dan HP naik drastis, giliran kaki-kaki diracik berkelas. Sebab, menurut pria ramah ini, penting untuk mengimbangi performa mesin. Seperti sok depan dipinang dari Ninja 150R, komplit dengan triple clamp-nya.

Dipadu swing arm Kaze dan double sok KTC 32 cm. Bahkan untuk pengereman, turut diupgrade, melalui pemakaian cakram depan berikut caliper RCB, dicangkok pada tromol KLX 150.
Makin keren, tromol belakang memakai jenis CNC, bersanding cakram aftermarket dan caliper RCB. Mengingat, sesuai segmentasinya, setiap weekend sering touring bersama kerabat. Praktis, soal safety riding tetap menjadi menu utama.

Fitur touring lain, juga ada head lamp tipe Rhino Light pas untuk mengawal top speed, dengan cover custom bergaya Honda Dream. Demikian soal riding style, spesial layani touring long journey, berikut tambahan foot step boncenger model gantung aftermarket. teks - foto : enea