Suzuki Satria F 2015, Surabaya : BERBEKAL BLOK SILINDER CERAMIC 72 MM & SIAP HADAPI FUEL INJECTION

Moko owner Satria F 219 cc. Setia dengan kuda besi karbu & memilih up grade performa mesin untuk hadapi Fuel injecition. Moko owner Satria F 219 cc. Setia dengan kuda besi karbu & memilih up grade performa mesin untuk hadapi Fuel injecition.

Pria metroseksual yang akrab disapa Moko ini, tak mau ketinggalan soal fenomena street performa, yang lagi menjadi wabah di kalangan remaja milenial. Meski usia hampir memasuki kepala empat, tapi adrenalin masih nyalak buat nempel remaja di jalanan.

Atas semangat ini Moko, yang sebelumnya juga mania otomotif di segmen modifikasi, mencari strategi yang dianggap rasional. “Ganti kuda besi Fuel injection atau berkutat dengan karbu ”,  hal demikian menjadi dilema berkepanjangan.

Pemikiran Moko memang logis, sebab street performa selain herex, mulai diancam oleh kuda besi Fuel injection. Tapi, untung ada RAT Motosport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo yang masih kompromi soal up grade kuda besi karbu. Seperti Satria F 150 jahitan 2015, milik Moko. “Saya jadi yakin nggak gentar hadapi kuda besi Fuel injection, ”analisa Moko.

Dari hasil kesepakatan dan tekad Moko, tahap overhaul berlangsung singkat. Kali ini ditangani oleh Amin, Ridho dan Fikri trisula mekanik RAT Motosport, Sidoarjo. Ketiganya, berusaha menerjemahkan keinginan Moko. “Up grade perfroma daily use dan tahan buat touring” , itu kata kuncinya.

Blok silinder ceramic Kawahara. Pencapaian suhu produktif mesin lebih singkat.

 

Blok silinder ceramic produk Kawahara konsumsi Satria F menjadi rujukan. Ditebus dengan bandrol Rp. 1,85 juta, plus transport Rp. 20 ribu. Kelebihanya, bahan liner dan daging blok menjadi satu bagian. Mirip dengan blok silinder Ninja 150.

“Tapi, teknologinya beda, kalau Ninja 150 linernya memakai teknologi electrofusion, sedang Kawahara, menerapkan sistem ceramic, ”jelas Ridho.

Liner silinder. Mengusung teknologi ceramic, proses melepas panas lebih baik.

 

Dari material bahan yang lebih ringan, proses pencapaian temperature suhu produktif mesin lebih singkat. Demikian dengan proses melepas panas, juga ringan. Dari sini saja, Moko jadi tak sabar untuk menguji coba.

Ngerinya, diameter piston menyentuh angka 72 mm, setara oversize 200 piston Scorpio. “Sehubungan piston dan blok silinder-nya dibeli satu paket, maka clearance ring piston dan liner cukup ideal untuk konsumsi top speed, ”puji Amin.

Itu saja, masih belum membuat puas Moko. Hingga berlanjut, menggeser big end hingga 54 mm. Paham akan extremnya dentuman ke TMB, Conrod berganti aftermarket berkode 446, yang diyakini anti melintir. “Sebab, telah terbukti di ajang GTX, ”yakin Ridho yang tetap mempertahankan knalpot produk aftermarket pilihan Moko.

Knalpot. Aftermarket masih toleransi mengimbangi kapasitas mesin 219 cc.

 

Sementara dari hasil overhaul, didapat pembenahan kompartemen silinder cop. Pengaruh dari meningkatnya kapasitas mesin 219 cc,  maka katup dioversize menjadi 25 mm (in) dan ex 22 mm produk aftermarket, dengan tangkai 4,5 mm. Kalau camshaft, Fikri mencangkok Satria F, keseluruhan memakai camshaft in. Dari hasil desain Fikri, lift katup terkatrol hingga 8,6 mm (in) dan 8,2 mm (ex).

Camshaft. Didesain ulang, melayani naiknya kapasitas mesin.

 

Demikian karbu, kalau sebelumnya PE 28 mm, akan berganti Mikuni flat 32 mm. Berikut penggantian kampas kopling RM 125 dan pegas kopling Daytona. Dan disulut piranti pengapian from CDI BRT Juken 5. Untuk final gear, sesuai dengan request Moko, gigi 6 yang wajib produktif. Kemungkinan akan diimbangi perbandingan kompresi 12,8 : 1. “Sehingga, porsi power kita benahi lebih dulu lebih rata, ”tambah Amin.   teks - foto : rio