Cerita kompetisi di event supermoto di berbagai level kejuaraan, terus menyisahkan fenomena menarik. Salah satunya duel sengit H. Momo Harmono dan H. Agus Tole. Keduanya biasa menjadi aktor di event supermoto. Aksi saling mengumpan emosi, mengunci racing line, hingga beradu speed, sudah menjadi ciri khas petarung belia, eh puber kedua itu.
Sukses menghadirkan tontonan segar, di setiap hajatan supermoto atau road race yang kebetulan dibuka kelasnya. Ini kerenya, layak menjadi sosok anutan sekaligus suri tauladan petarung belia supermoto. Khususnya, bagi milenial muda yang masih doyan full throttle di jalan raya. Pesan disini, keduanya layak menyandang predikat “influencer safety riding”.

Konsisten di jalur kompetisi, meskipun peluang keduanya full throttle di jalan raya amat sangat bisa sekali. Atau misal pingin membangun tim karapan, masa keduanya bejibun, termasuk mekanik yang biasa bermain di karapan. Tapi, ya inilah bentuk komitmen H. Momo dan H. Agus, terus melaju di jalur prestasi. Kompetisi, butuh pemahaman dan mindset berbeda. Secuil-nya tetap ada karier yang dibangun, hingga eksis seperti keduanya.
H. Momo memang sesepuh sekaligus senior H. Agus, sukses mentransfer pola pikir menjadi “rider professional”. In line dengan misi dan visi H. Agus, sejak turun di jalur prestasi motocross sebagai awal mulanya. Atas komitmen dan prinsip yang dibangun H. Agus, kapasitas skillnya saat ini bahkan menandingi H. Momo.

Tersaji sengit, saat keduanya rebahan, iya maksudnya latihan supermoto di sirkuit GBT, Surabaya rabu silam. Jujur sejak awal saya terobsesi seperti H. Momo, skill menunggang kuda besi supermoto luar biasa. “Memangkas chicane singkat, pertahanan racing line stabil sampai rolling speed, semacam ada mentor di motornya, tak pernah salah, ”nilai H. Agus.
H. Momo lagi-lagi tepat kalau disebut rider brilian. Sembari balap, kalkulasi pemikiranya berjalan, jadi tak cuman speed dan braking. Hampir tak ada kesalahan, sampai bawaan power band gigi transmisi sekalipun.

Sparing dengan beliau, banyak masukan. Kalau U-Turn misal tertinggal, artinya speed umpanya kurang, atau pas nusuk sebelum U-Turn speed terlalu rendah. “Mungkin, koreksi dan evaluasi lain, seperti tekanan angin terlalu tinggi. Jadi, benar-benar hidup, semua komponen bisa terkontribusi untuk speed dan kestabilan, ”bangga H. Agus.
Outputnya jelas, selalu ada progress, skill pasti ikut terkatrol. Tapi, sebagian skill dan gaya balap, tetap improve dengan performa mesin dan suspensi kuda besi saya. Jadi ada pembanding, soal penentuan racing line, untuk menempel kecepatan H. Momo.
Misal, ada kekurangan nantinya akan saja jadikan bahan evaluasi bersama crew. Baik performa supermoto 155 cc, 180 cc, berbasic CRF 150 dan Husqvarna 450 cc. Harus tetap ada bekal untuk menempel H. Momo. “Hampir rapi sulit digedor pertahananya, H. Momo memang luar biasa, ”sebut H. Agus. teks - foto : rio