Honda XL 250S 1981, Surabaya : SPORT TRAIL LANGKA MUNCUL DI SURABAYA & MENGUSUNG SPESIFIKASI PENUH INSPIRASI

Kalau diibaratkan aktor di era milenial ini, sport trail eksotis yang satu ini, setara Charles Bronson atau Chuck Noris.

Yup keduanya adalah aktor filem perang, yang selalu tampil brutal di tengah usianya yang tak lagi muda.

Representasi ini yang kuat melekat pada performa, baik tampilan dan power Honda XL 250S racikan 1981.

Kehadiran sport trail milik Soni Amijaya executive muda Surabaya ini sukses menarik perhatian jagad adventure.

Mengingat, varian dari Honda yang dominan didistribusikan di Australia ini, diklaim sebagai sport trail langka.

Sekaligus, menghadirkan inspirasi, soal data dan spesifikasi sport trail, yang selama ini hampir tak pernah terpikirkan oleh builder maupun modifikator sport trail.

Salah satunya profil tapak kakki depan yang mengaplikasi ring 23".

"Sampeyan pasti tahunya mentok ring 21", untuk profil tapak kaki sport trail, "senyum Soni saat sua di pedalaman hutan Pandaan.

Yap, Soni hampir 4 tahun silam aktif beradventure, tapi di level happy n fun.

Tapi, seringan-ringanya level jalur adventure, tetap meras keringat dan membutuhkan fisik ekstra.

"Disini saya senangnya, jasmani terolah lebih bugar, pikiran lebih fres dan ide-ide segar makin mudah mengalir, "yakin Soni.

Untuk partner barunya XL 250S ini, Soni masih adaptasi soal bobot dan performa mesinya yang terbilang smooth.

Saya kadang bingung dengan DNA dan geometri XL 250S. Kalau saya menilainya justru lebih pas disebut scrambler dibanding DNA sport trail.

Sebab, justru lebih nyaman dipakai enduro melintas di trek makadam dan touring long journey. "Sementara untuk adventure, wheel base dan sudut rakenya, justru berlawanan, "analisa Soni.

Ini brilianya Soni, dari total jumlah kuda besi koleksinya, Soni makin kaya ilmu terkait perkembangan otomotif "dunia". Sebab, rata-rata unit koleksinya, terklasifikasi Global Product, seperti XL 250S yang satu ini.

Banyak nilai history dari produsen kuda besi dunia yang gamblang diterjemahkanya, baik dari evolusi, era dirilisnya kuda besi, hingga transisi kualitas material yang diadopsi.

Balik topiik ke XL 250 S, soal riding style serasa mobil Eropa. Seakan merangsang tuanya untuk pergi jauh menjelajah ke pedalaman hutan.

Bobot kuda besi bagi Soni ada plus minusnya. Pengaruh ke traksi lebih baik, patern ban mencakar lebih optimal.

"Tapi kalau sudah terpelanting alamat dua piring, kompensasi kelar mengangkatnya, "kekeh Soni.  

Jadi, nyambung, sebab pedalaman Australia sebagai habitat aslinya, masih terdapat dominan padang savana berpasir.  

Kalau meninjau calter kopling, ada semacam transfer gear yang diselipkan, sebagai penghubung gigi primer dan skunder. Sebab, calternya cenderung membentuk oval.

"Tapi, kalai meninjau dari suaranya yang senyap dan tak "ginjal", bisa saja bagian depan gigi primer terkoneksi gear balancer weight, "timpal Edi punggawa Klinik TS di kawasan Perum Pondok Jati, Sidoarjo.

Edi adalah team teknis yang dipercaya Soni, soal maintenance sport trail Global Product.

Itu juga karena jam terbang Ambon sapaan manis Edi, lama malang melintang di dunia supermoto dan bergulir ke off road roda dua, baik adventure, enduro maupun Six Days.  

Sisi lain, keistimewaan XL 250S 1981 adalah produk dengan serangkaian penyempurnaan mutakhir, untuk kebutuhan off road.

Seperti pemakaian kampas kopling 5 lapis, tensioner rantai camrat otomatis, fitur speedometer dan kelistrikan 6 Volt.

Tapi di tahun 1982, pabrikan Honda kembali memakai roda depan 21", serta merombak suspensi belakang menjadi monosok dilengkapi unit Pro-Link.

Seri XL diganti dengan NX250, tapi hanya berjalan di tahun 1988-1990.

"Pada tahun 1992, Honda memulai XR250L dan XR650L dan masih kental dengan DNA seri XL, "urai Soni yang kabarnya mulai memburu varian XR 650 L itu.    enea