Nih dia pak haji milenial asal Gadang, Malang. Algoritma kehidupanya padat, tapi mampu dijalaninya dengan balans. Dia adalah H. Agus Tole Sunanto, yang memulai hobi otomotif di karapan liar era Suzuki Crystal di 93.
Kerenya, H. Agus sapaanya mampu menjalankan peran sebagai 3 aktor sekaligus. Pertama, rider atau crosser saat di sirkuit, kedua menjadi iman saat di rumah membahagiakan dan mengajari anak istri mengaji, ketiga pakai tuxedo dan menenteng iMac saat menjalankan bisnisnya.

Dengan Pajero-nya H. Agus melakukan aktifitas, dari racing, refreshing bersama keluarga, sowan ke sanak family, sampai urusan bisnis.
Bisnis yang dijalani dan dikembangkan H. Agus saat ini, masih setia di segmen exim suplier motor-matic roda dua, scoop wilayah Asia Pasific hingga Afrika, dengan bendera PT. Javamuda Export.
Selain itu, H. Agus juga berinvestasi di pengembang real estate skala medium di Malang Selatan dan Batu. Serta, mengembangkan segmen agrobisnis perkebunan tebu, yang telah dijalani hampir 10 tahun. Dan bisnis terbaru adalah jasa expedisi, dengan armada truck engkel.

Spesial expedisi, selain saya buka untuk umum, juga untuk keperluan bisnis saya pribadi. “Kadang, juga untuk keeprluan hobi, misalkan mengangkut sport trail dan special engine, saat pergi adventure, ”jelas pria yang identik dengan nama Rabbani Djagung Conk CKC JPX Racing Team, Malang itu.

Bicara hobi, sejak 5 bulan silam, ada aktifitas baru yang digandrungi H. Agus. Tetap di jalur otomotif, yaitu menjinakan kuda besi from USA Harley Davidson. Mungkin lebih tepat sebagai pelengkap hobi otomotif, saat usia sudah kepala 4.
Tapi, jujur saya beli Harley Davidson, ada yang memprovokasi. Kebetulan teman, juga ex rival waktu balap liar. “Siklus perjalanan hidupnya persis dengan saya, akhirnya jadi seperti saudara, ”kenang suami Hj. Yayuk Yuliana itu.

Kalau dulu di era Suzuki Crystal sebagai lawan, dengan Harley Davidson ini, beliau pingin menikmati persaudaraan dengan atmosfir yang berbeda. “Tampil, lebih ke family man yang berat meninggalkan dunia otomotif, ”senyum pria yang mendalami ilmu Fiqih itu.
Tapi, dari sisi ilmu marketing dan bisnis, Harley Davidson, juga bisa dinilai sebagai investasi. Mengingat, jenis dan tipenya, ada yang diproduksi limited.
“Sisi lain, ada tipe yang tiba-tiba menjadi incaran, disaat pelaku dan komunitasnya, mengklaim sebagai flag ship di eranya, hingga harganya stabil, bahkan merangkak naik, ”jeli family man yang memiliki tiga momongan itu.

Untuk saat ini, H. Agus masih memiliki Harley Davidson CVO Street Glide 2019 dan Sportster 2020, yang kebetulan menjadi primadona H. Agus. Secara geometri dan fungsional, tepat untuk bikers Asia.
Kalau CVO Street Glide 2019, saya pakai bareng nyonya touring, bersama komunitas, mungkin hanya di radius 250 KM. Tapi, kalau Harley Davidson Sportster 2020, lebih untuk keperluan menemui kolega bisnis yang kebetulan memiliki passion sama di otomotif.

“Kadang, juga saya pakai sekedar untuk nongkrong di café, kopdar bersama partner bisnis, ”terang H. Agus. Di ruang ini, Harley Davidson lebih pantas disebut sebagai back sound, menyemarakan sosialita, sampai menyetarakan level dengan partner bisnis.

Tapi, dengan memiliki Harley Davidson ini, bukan berarti saya meninggalkan aktifitas hobi di off road. Tetap saya usahakan balans, antara off road dan on road, termasuk ilmu dan teknik supermoto yang lagi saya dalami, bersama master dan rider champion.
Prioritas dan menjadi hal mutlak bagi saya, di setiap aktifitas hobi dan komunitas ini, ukuwah islamiyah tetap saya jalankan. “Agar senantiasa bisa membiaskan cahaya dan berbagi berkah, bagi kerabat yang membutuhkan, ”bijak H. Agus.

Menyinggung soal Pajero, Harley Davidson, yang menjadi bagian warna kehidupan H. Agus, memang tepat menjadi lambang kesuksesan, gigih dan tiada habisnya semangat H. Agus untuk membaca peluang bisnis.
Saya hanya berusaha mengimplementasikan salah satu hadis riwayat Salman Al-Farisi. “Beliau mendengar langsung dari Rasulullah SAW, “Tidaklah ada seorang laki-laki Muslim, melainkan wajib baginya untuk mempunyai se’ekor kuda jika ia mampu, ”beber H. Agus berusaha menyampaikan filsafat.

Disini H. Agus menafsirkan, bahwa sebuah tunggangan atau kendaraan itu harus ada pride, eksotis, kebanggan, seperti bouroq dan tetap berlandaskan Akhlakul Karimah.
Di sisi berbeda, aktifitas H. Aguss yang terbilang all out di otomotif ini, juga menjadi upaya H. Agus untuk meng-endorse pribadinya, sebagai pelaku bisnis di industri otomotif. “Sebab, menurut saya akan lebih rasional, ketika lokomotif dan gerbong-nya, memiliki passion dan visi sama, ”wejang H. Agus. teks - foto : collins
Biodata
Nama : H. Agus Tole Sunanto
Istri : Hj. Yayuk Yuliana
Anak : Louis Jameela Agya Rabbani, Marco Marquez Agya Rabbani, Romy Gajser Agya Rabbani