Gengsi, kompetisi dan tensi Mini GP semakin tak terbendung, khususnya di Jatim. Bahkan di tahun ke-2 ini, mulai terjadi istilah dominasi, terkait mulai terbentuknya skill hingga adaptasi rider-rider yang aktif berlaga di kelas ini. Salah satunya Alvaro Pororo, rider Mini GP putra Tulungagung, yang jenjang prestasinya makin gemilang.
Kesuksesan siswa SD Kampung Dalem V, Tulungagung di kelas Mini GP s/d Usia 9 Tahun itu juga atas kejelian Arya daddy Varo mantan rider potensial Tulungagung, yang ikut membaca peluang dan mengatur strategi kompetisi Mini GP. Tapi, bagi saya obsesi menjadi champion ini juga dilema, sebab pertimbangan usia Varo yang masih 6 tahun.

Sebaliknya, ketika pola latihan saya terapkan flat dan santai, Varo yang terus meminta porsi tambahan training. “Dan ketika Varo merasakan telah menjadi jawara, sejak di usia 6 tahun ini, tuntutanya semakin luar biasa, ”terang Arya juga pengusaha peternakan ayam broiler tenar Tulungagung.
Sampai, saya mesti konsultasi dengan tim ahli gizi, untuk menambah asupan atau suplemen yang sifatnya dari buah-buahan dan sayuran. Sebab, ketika passionya lagi terbangun dan saya tak bisa mengimbangi, khawatirnya Varo malah down dan terganggu psikisnya.
Pola training rider Mini GP yang membawa nama tim Al Putra Pratama AWL 123 Gazslor, Tulungagung, sementara ini lebih mensosialisasi rasa disiplin dan rutinitas, extra jeli dan serba dipertimbangkan terkait hasil dan ouputnya. Bagaimanapun alasanya tetap usia 6 tahun, bagi saya terlalu dini untuk menjadi rider Mini GP yang matang.

Dari latar belakang ini, steping training terus saya ciptakan sesuai dengan kapasitas Varo. Memang out of the box, tapi ya inilah konsumsi Varo. Prinsipnya saya mengikuti passionya kemana maunya, tapi limit dan kemampuan fisiknya tetap menjadi perhatian.
Sebab, kestabilan fisik Varo berbanding skill, ketika dua hal ini aktif dan berjalan, bawaan dan gaya balapnya luar biasa. Tapi kalau sudah mendekati lelah, semangat balapnya ada tapi mulai ngacau. Untuk mempermudah memantaunya, saya memilih sirkuit flat seperti pelataran GOR Lembu Peteng.

Di fase ini saya mulai intens mencari sarana pelatihan soal endurance fisiknya. Sementara yang paling disuka futsal di rumah, bareng teman. Memang tak serius, tapi dengan futsal Varo secara tak langsung berolahraga. Selain itu, mulai saya ajarkan push up dan treadmill.
Kabar baiknya, ibu guru Yuli wali kelas Varo cukup perhatian dan mensuport dalam bentuk moril. Termasuk jajaran pendidik SD Kampung Dalem V, Tulungagung menanggapinya baik. Hingga, keseluruhan trophy dan piagam Vari sengaja dipajang di sekolah. Sebagai pembuktian, kalau SD Kampung Dalem V, Tulungagung mampu mencetak siswa berprestasi diluar kegiatan sekolah.
Dan ketika meninjau rentang usia Varo yang belia, di usia 9 tahun - 10 tahun nanti akan saya tarjet untuk menaikan levelnya ke bebek jantan dengan ergonomi sport. Saya akan menghindari kelas-kelas yang murni bebek, sesuai dengan trend balap mendatang yang lebih fokus di segmen sport. “Terkait dengan jenjang ke depanya, kemungkinan akan saya persiapkan di level nasional lebih dulu. Sebagai estafet untuk melangkah ke level Asia, ”yakin Arya. teks - foto : enea