Naztwo Young Star G Brain, Pamekasan : PEMBUKTIAN PERFORMA F1Z R DI MOTOPRIX

Naztwo Young Star G Brain, Pamekasan. Sandy, Kuntet, Alika, Junaidi & pitcrew, melurug motoprix 2019 Surabaya, sebagai pembuktian performa F1Z R jawara.   & Naztwo Young Star G Brain, Pamekasan. Sandy, Kuntet, Alika, Junaidi & pitcrew, melurug motoprix 2019 Surabaya, sebagai pembuktian performa F1Z R jawara. &

Even motoprix sabtu - minggu (19-20/10/2019) lalu menjadi momen krusial, sebagai ajang pembuktian performa dua F1Z R milik Sandy big bos Naztwo Young Star G Brain, Pamekasan, yang selalu menguasai podium.

 

Kelas eksebisi bebek 2 tak 116 cc open dan bebek 2 tak 125 cc open yang turut dibuka di special event ini. Dipercaya Sandy, menjadi kelas primadona para tuner spesialis bebek 2 tak asal Jawa, untuk mengangkat popularitas tim. Termasuk Sandy, yang terbilang all out bertarung di kelas ini.

Junaidi 80 yang beken disapa Jun, dipercaya menangani duet rider Kuntet dan Alika. Jun yang besar dari balap liar ke road race, makin sensitif membaca perkembangan bebek 2 tak region 2 Jawa.

Kuntet & Alika Naztwo Young Star G Brain, Pamekasan. Optimis & berani fight dengan mesin F1Z R hasil modifikasi Junaidi.

 

Bahkan Kuntet yang turun di bebek 2 tak 125, memakai kuda besi dengan spesifikasi bebek 2 tak 116 cc tapi mengusung piston over size 125, dengan performa terbaik di 2019.

Terbaru, perbandingan gigi rasio yang dipakai saat ini, spesial melayani sirkuit high speed. Sempat menjadi F1Z R penebar ancaman dan disegani saat laga di Cimahi, Jabar. 

F1Z R Naztwo Young Star G Brain, Pamekasan. Dibekali gigi rasio yang sempat menjadi penebar ancaman tuner 2 tak Jabar & Jateng.

 

Hasil penjelasan dari Jun, perbandingan gigi 1(36-13), 2(28-16), 3(24-19), 4(27-25) dan diolah final gear 14-38. Kedua F1Z R andalan Naztwo Young Star G Brain, Pamekasan memakai perbandingan sama.

Bedanya, Kuntet yang memiliki postur lebih berat menganut volume ruang bakar 11 cc, sedang ruang bakar F1Z R Alika perbandingan kompresinya lebih tinggi, sebab kapasitas ruang bakar terhitung 10,8 cc. Dengan bahan bakar sama, yakni Pertamax Turbo.  

Volume ruang bakar. Dirancang mengikuti bobot Kuntet & Alika.

 

Komponen penunjang pengapian, seperti spul, CDI dan koil , Jun dinilai paling selektif, logika yang dipakai simpel. Metalurgi logam terhadap pengaruh panas, menjadi acuhan. Dasar itu, spul ditarjet masa pemakaianya setahun, termasuk CDI.

Perbedaan paling mencolok ada di koil, diaplikasi dari Ninja RR 150. Koil yang bertugas melayani suplai arus listrik di power atas, jadi lebih menunjang kebutuhan saat Kuntet dan Alika, fight di straight sirkuit Gelora Bung Tomo.

Skep karbu yang diremer hingga 22 mm dan venturi  20 mm, makin optimal membenahi power atas. Tekanan udara meningkat, nozzle dan jet needle custom makin deras menghantarkan partikel gas segar untuk pembilasan.

Knalpot. Model sesuai regulasi dua lekukan di leher, tapi perut knalpot beda volume.

 

Maka, menjadi tanda tanya besar saat tinggi lubang transfer hanya dinaikan menjadi 40,5 mm. “Memang, kualitas pembakaran lebih kering, tapi di satu sisi mesin kian ringan dihantar ke RPM tinggi, ”urai Jun yang merancang tinggi lubang buang 25,5 mm dengan lebar 39 mm.

Untuk penyempurnaan, tetap diolah knalpot tampang standar, dengan volume perut yang dirampingkan sampai 1 cm. Efeknya lebih terasa saat oper gigi 3 dan 4, speed makin licin. “Pas untuk konsumsi sirkuit high speed, ”bangga Alika dan Kuntet kompak.     teks - foto : enea