STANDARISASI POLA TRAINING BERBANDING KUALITAS KOMPETISI 85 CC

Kompetisi motocross 85 cc. Terus menjadi kajian tingkat kesulitan saat training berbanding kualitas kompetisi. Kompetisi motocross 85 cc. Terus menjadi kajian tingkat kesulitan saat training berbanding kualitas kompetisi.

Makin bengisnya pembalap motocross 85 cc, ketika dibandingkan 10 tahun silam, memang lebih bergengsi saat ini. Kelas yang membatasi usia maksimal 14 tahun s/d 15 tahun itu terus mengalami peningkatan pesat. Sebab pembalap motocross 85 cc sekarang, lebih diuntungkan seiring perkembangan desain sirkuit sebagai sarana training.

 

Ilustrasinya, sirkuit yang dipakai training dengan sirkuit yang disajikan di even, memiliki persamaan atau 11 - 12. Bahkan, ada yang sebaliknya, saat training tingkat kesulitan sirkuit di angka 9, tapi pas even tingkat kesulitanya di point 5.

Secara bekal materi praktek lebih didapat pembalap motocross 85 cc sekarang. Jenjang saat training dan pas berlaga di even, lebih nyambung. “Tak ada lagi istilah spekulasi, mengingat semua materi telah terakomodir dengan terstruktur, ”kata Yusuf Irawan instruktur Darul Ulum Agung MX, Gadang, Malang.

Fakta seperti ini memang terus berkembang pada pembalap motocross 85 cc yang bernaung di Darul Ulum Agung MX, Gadang, Malang, seperti Radit, Azura, Kokoh dan Indra.

Pembalap motocross Darul Ulum Agung MX, Gadang, Malang. Tanamkan disiplin untuk menumbuhkan motivasi & kemampuan bertarung.

 

Terstrukturnya sarana training berbanding level even terus menjadi pertanyaan kritis, semua instruktur. Sebab, ketika kualitas even dari tinjauan sirkuitnya kurang berbobot, serasa hanya terjadi pengulangan materi.

Kondisi seperti ini, membakar semangat bertarung sangat penting. Sebab, karakter pembalap motocross yang sebenarnya tak hanya merealisasikan teori, tapi lebih dari itu ada upaya untuk menciptakan sebagai karakter petarung. “Sebab, itu kita tanamkan disiplin sebagai pondasi, menumbuhkan mental bertarung, ”urai Yusuf.

Ketika memakai teori pembanding, saat sirkuit yang dipakai ketika lebih menantang dengan unsur spekulasi dan tantangan lebih tinggi. Saya yakin, skill dikeluarkan sampai limit, dalam situasi dan kondisi seperti ini. “Outputnya, mental bertarung lebih muncul alami, “yakin Yusuf setengah berbagi pengalaman pribadinya saat membalap di 85 cc. 

Gus Mujib pemilik Darul Ulum Agung MX, ikut melontarkan statetmen menarik, seiring makin sengitnya pembalap motocross 85 cc. Kapasitas dan kemampuan pembalap yang harus dimengerti lebih dulu. Sisi lain, support orang tua dan kapasitas anak, harus disejajarkan sesuai perkembangan.

Motivasi dari motor baru kadang sulit untuk dijadikan pedoman mengukur kemampuan pembalap motocross. Lebih tepat, untuk konsisten mengalahkan hawa nafsu pembalap itu sendiri. Tapi, harus ada semangat dan kemampuan untuk mengalahkan, yang sifatnya tumbuh sebagai inisiatif.

“Di ruang ini membutuhkan nilai psikis yang tersturktur dan terus disirami. Mengingat, di usia yang relatif belia ini, terlalu pede juga bahaya, ”wejang Gus Mujib.

Maka, ketika dibedah pembuktian kemampuan, cukup tambah motivasi kemampuan untuk mengalahkan, dengan kondisi kuda besi standar lebih dulu. Disinilah korelasi jam terbang itu dibutuhkan, untuk memupuk mental bertarung selain dari training.

Kemudian tinggal disinergikan dengan pola berpikir dan kemampuan untuk fokus bertanding. Kalau dibandingkan dengan level pembalap motocross dunia, minimal 9 hari kehidupanya hanya fokus dan berkonsentrasi di motocross, menjelang berlangsungnya kompetisi. “Pola seperti ini, perlahan tapi pasti yang perlu ditanamkan dan dimengerti sejak dini, ”lontar Gus Mujib.     teks - foto : enea