Segmentasi sleep engine sebagai klasifikasi bebek berkapasitas 200 cc non DOHC, memang luas dan lagi menjadi trending topic, di setiap workshop cap racing. Sleep engine hadir sebagai refresh, setelah herex dan sport 2 tak rangka standar.
Digdayanya lagi, hampir semua penghobi kecepatan memiliki basic kuda besi sleep engine. Salah satunya Rinto yang akrab disapa Kopi, asal Perum Rewin, Sidoarjo. Kopi dikenal sebagai penghobi karapan 201 meter, hitam putihnya soal karapan kemungkinan sudah luar kepala.
Setelah lama menghilang dari dunia karapan 201 meter, sekarang Kopi bali lagi. Ikut meramaikan dunia persilatan sleep engine, yang biasa memakai dua kali lipat panjang trek karapan. Diback up rider Rizky dan Penot, kalau Penot diplot sebagai tester, kestabilan rangka, akurasi speed, hingga soal teknis secara menyeluruh. Sedang, Rizky disiapkan, hanya saat berlaga.
Up grade performa mesin kali ini, digawangi Aad tuner Kaisar Motor di Perum Tamasa VIII/2, Tropodo, Sidoarjo. Pertimbangan dari klasifikasi sleep engine yang rata-rata 200 cc, gigi rasio diracik ulang oleh Aad. Hasil kombinasi dari road race dan pengamatan karapan 201 meter.

Detail perbandingan giginya, 1(33-13), 2(29-16) dan 4(23-20). Perbandingan gigi rasio terbaru ini, lebih diproyeksikan pada pengelolahan limit dan kemampuan speed. Lebih tepat melayani, kontribusi piston Moto-1 (66 mm) dan liner JP Racing, yang mampu menaikan kapasitas mesin hingga 184 cc.
“Konsekuensinya, tipikal power mintanya bengis, hingga saya merujuk ke perbandingan kompresi 14,8 : 1 dan wajib avgas, ”kata Aad yang mencangkok katup 34 mm (in) dan 29 mm (ex) itu. Secara variabel fungsi, tak hanya memuluskan jalur gas segar, tapi juga ditekankan untuk pertimbangan durability dan koneksi rambatan RPM mesin di setiap seper 500 RPM-nya.

Kalkulasi demikian sengaja saya input dari pengalaman road race. Sebab itu, yang paling pas adalah PWK Air Strike 35 mm. Dengan komposisi main jet 125 dan pilot jet 40, saat seting malam hari. “Tapi, angka ini bisa naik turun, misalkan dipakai main siang hari, ”timpal Petek asisten Aad yang menyeting final gear 15-33.
Untuk camshaft, memakai basic pinggang 18,5 mm dan tinggi 24 mm, dengan pencapaian durasi 262 derajat. Bekal torsi maksimal lebih dapat, alasan itu balancer dipakai 550 gram dan fly wheel magnet 750 gram. Sebagai penunjang top speed di 500 meter.

Sampai disini, kondisi korekan jadi lebih rasional saat dikelola program pengapian AC dari CDI Vega berkode 5ER. Dari hasil komunikasi dengan Penot, memang lazim saat start dipanteng di 4000 RPM. Gigi 1 dan 2 luar biasa bengis, hingga durasi interval perpindahan tak sampai 3 detik. Sebab, keburu menyentuh peak power, menjelang 500 meter.
“Resep demikian speed lebih jalan, tapi pemekaran power dan speed hanya bisa dipaksakan di gigi 4, memang luar biasa, ”pasti Penot yang lebih pede dengan knalpot custom berbasic CLD. teks - foto : enea