Bambang “Kapten” Haribowo Ketum Pemprov IMI Jatim, kembali melangsungkan road show, dalam serangkaian memberi motivasi moril dan spiritual pelaku otomotif di Jatim. Minggu kemarin, giliran padepokan Johny Pranata MX Academy (JPMA), yang juga homebase H. David Rigi daddy dari Ananda Rigi pembalap motocross MX2 Open dan Marcelino Rigi pembalap motocross 125 cc.
Konsistensi JPMA sebagai MX Training, dinilai cukup penting menjadi regulator tingkat kompetisi motocross di Jatim. Bisa dikatakan sebagai parameter alias tolak ukur. Dengan sarana dan prasarana tempat latihan motocross yang memadai, skill pembalap yang kebetulan training di JPMA, jelas lebih bertaji.
Secara tak langsung JPMA, telah melangsungkan kaderisasi aset-aset pembalap motocross Jatim di lingkup nasional. Meskipun tak semua murid JPMA, domisilinya dari luar Jatim. Kebanggaan ada disini, saya salut dan berterimakasih ikut dibantu dalam rangka menciptakan pembalap motocross potensial.

Johny, Hendri Yusuf dan H. David, saya nilai sebagai elemen penggerak motocross di Jatim. “Dengan mereka trade mark Jatim sebagai gudangnya motocross tetap menyala, ”puji Bambang yang memantau langsung hasil revisi sirkuit JPMA yang sekarang makin luas.
Di kesempatan ini Bambang juga membawa Husqvarna 250FC, sekaligus mencicipi sirkuit JPMA terbaru. Layak juga dipakai sebagai alternatif mencari keringat, sekaligus silaturakhmi dengan penghobi motocross, grasstrack dan adventure wilayah plat S.
Naluri sebagai pembalap motocross Bambang juga masih kuat melekat. Faktanya, setelah melakukan uji coba beberapa lap, monosok belakang Husqvarna 250FS pacuan terbarunya, menurutnya kurang pas. “Detailnya, kurang lembut mereduksi vibra, ”jelas Ridwan Profesional Pit Crew JPMA yang menangani.

Pada point ini, Ridwan menerapkan SOP Choice. Pengukuran berlangsung dengan special tools Sag Scale, untuk mengetahui tingkat kekenyalan monosok, saat bobot kering dan basah. Setelah itu, merubah setingan kompresi monosok menjadi 18 klik, rebound 16 klik dan adjustable speed diputar 360 derajat.
Pada ruang ini, Bambang juga mengajak komunikasi pentolan JPMA, terkait skema kelas yang dibakukan dalam aturan motocross nasional. Dari aturan yang diberlakukan tak ada masalah, ritme dan siklus masih bisa diikuti. Tapi, soal desain sirkuit di even, yang saya nilai cukup krusial.
Sebab, yang dipakai training lebih teknikal dan nasional, seharusnya yang dipakai even harus ada standarisasi lebih sulit dari yang dipakai latihan. “Agar, tetap terjadi input dan unsur pembinaan, ”wanti Bambang yang kabarnya di 2020 ini aktif sidak di even motocross.
Apalagi di tahun 2019 kemarin, motocross telah berkontribusi mengharumkan Jatim di even bergengsi Pra PON. Memang perlu, semangat pak ! teks - foto : collins