KTM Duke 250 & Kawasaki Ninja 250 Fi, Surabaya : SETIA MENGAWAL & MENGARAHKAN HOBI OTOMOTIF SANG BUAH HATI

Banyak ragam bentuk kasih sayang dan perhatian orang tua kepada sang buah hati, di tengah pengaruh budaya dan teknologi yang kian pesat.

Apalagi bicara otomotif, perkembanganya cukup signifikan. Belum sampai test ride, sudah muncul varian dan tipe baru.

Dan memang menguntungkan, ketika memiliki orang tua yang berlatar hobi otomotif.

Sebab, secara psikis hal ini kuat terpengaruh dari cermin hobi dan passion orang tua.   

Seperti pria humble yang akrab disapa Tirta di kawasan Perum Purimas, Surabaya.

Dia adalah veteran penghobi otomotif segmen dirt track. Itu sebutan motocross di era 85 an, masih tenarnya sirkuit Gunung Bajul, Karangpilang.

Termasuk karapan 402 meter, Tirta pernah melaluinya. Di era trek kawasan Raya Japanan, Gempol. Saat boomingnya Suzuki GP 100, Yamaha Yasi dan Honda CG 125.  

Itu sekelumit perjalanan Tirta, saat berkiprah menyemarakan otomotif di Jatim.

Kalau boleh dibilang itu era transisi klasik ke modern. Perpindahan mesin 4 tak pake push roda atau tapet ke rocker arm.

"Demikian mesin 2 tak, transisi dari rotary macam Vespa 2 tak ke reed valve atau membran, "cerita Tirta merasa bangga mengenangnya. 

Dan era anak saya memasuki era milenial. Jadi telah melewati tiga periode, dari era klasik, modern dan milenium.

Dari latar belakang pengetahuan dan jam terbang soal otomotif ini, praktis soal pemilihan kuda besi buat sang buah hati, Tirta cukup selektif.

Kuda beesi yang terklasifikasi Global Product yang jadi incaranya.

Dari hasil debat kusir dengan putranya, KTM Duke 250 dan Kawasaki Ninja 250Fi, yang akhirnya dipinang pria yang berkecimpung di dunia bisnis tower itu.

Desain dan paras OEM-nya saja sudah eksotis, bahkan porsi gerai aksesories hampir termakan.

"Coba dihitung dari detail velg, panel bodi, fairing, cakram, master, setang kemudi dan fitur mesin-nya, sudah proporsional semua,  "analisa Tirta.

Bukan berarti anti modifikasi. Saya juga memahami pengaruh media dan medsos, soal rangsangan modifikasi. "Pasti juga melanda putra saya, "sebut Tirta.

Tapi, dari basic yang sudah eksotis tadi, akhirnya timbul pemahaman soal estetika di putra saya.

Sebab, taruhanya saat gagal meracik estimasi modif, pasti tak lagi eksotis.

Hingga akhirnya, soal tema modifikasi lebih mengarah ke JDM. Mempertegas roh asli kuda besi, dengan sajian aksen racing.

Seperti perubahan profil carbon kevlar di pro guard, spatbor depan, deflektor knalpot, setang kemudi dan LED head lamp.

Selain itu, juga berlangsung penggantian knalpot aftermarket. Sejatinya, untuk knalpot bukan semata-mata untuk modifikasi.

Tapi lebih ke faktor safety, untuk mengundang perhatian rider dari lawan berkendara, ketika berada di zona blind spot.

Atau kontur jalanan yang bertipikal camel, pengaruh jembatan atau perbukitan.

"Saya yakin, bagi rider yang suka "ngopi" jauh, kata anak milenial sekarang, pasti paham, "senyum Tirta.

Sebab, sport 4 tak 250 cc identik memiliki speed yang kencang. "Sekali lagi, pemakaian knalpot aftermarket, dipasang bukan karena ingin arogan, "tandas Tirta.

Over all, dalam pemaparan ini, saya sekali lagi ingin berbagi pesan dan kisah, soal menyayangi dan mengapresiasi pertumbuhan buah hati.

Hobi otomotif, tak perlu dilarang apalagi sampai memicu buah hati demo. Lebih baik, arahkan lebih safety, terukur dan rasional.

"Dan satu hal lagi, boleh melarang tapi harus ada solusi, untuk menghadapi anak milenial saat ini, "ingat Tirta.   skg/foto : dok