Sebagai pribadi yang ditempa dengan pola kehidupan visioner, pastinya ada obsesi dan tarjet. Memang bukan hal yang mudah, sebab semua dilalui dalam proses dan tahapan, yang terus berganti ujian dan cobaan. Ketika memandangnya dengan bijak, fase itu pantas disebut sebagai panduan untuk istiqomah.
Tapi, manusia sejak lahir di dunia, diibaratkan seperti kanvas putih dan bersih. Tahapan dan proses itu, bisa diimplementasikan seperti apa pribadi tadi saat mewarnainya.

Alasan itu, sebagai bekalnya, ada agama dan ajaranya, pendidikan moral dari sekolah, pendidikan ilmu pengetahuan, nasehat orang tua, sampai menularkan hobi, ”buka Mevans Sanggramawijaya rider Onesixeight Racing Team.
Bicara hobi, sejak kecil almarhum Papa saya terbiasa berbagi kebahagiaan dengan hobi otomotifnya. Dibonceng naik motor duduk di depan pergi ke sekolah, menggoda Papa saat mencuci motor, sampai mengajari naik motor. “Banyak kenangan manis bersama Papa, yang sulit dilupakan dan tak ternilai harganya, ”kenang Mevans.

Kebetulan almarhum Papa, hobi motor roda dua dan dominan Yamaha. Sehingga, sejak kecil beranjak remaja, cukup familiar dan terbiasa melihat motor-motor Papa di garasi. Paling berkesan adalah Yamaha 125Z produk tahun 2000, juga ada F1Z R, Jupiter Z dan Mio Sporty 2007.
Selain terklasifiaksi CBU, Yamaha 125Z popularitasnya terus dibangun oleh Yamaha, dengan mendatangkan Norick Abe, test ride di sirkuit Kenjeran, Surabaya di 2001.
“Saking dekatnya dengan otomotif, kemudian bergulir alami dan berjalan indah, mempengaruhi pikiran bawah sadar saya, untuk mengikuti hobi almarhum Papa, ”terang Mevans yang mengawali perjalanan hobi otomotifnya di era milenium itu.

Saat dihadapkan era milenium, pabrikan belum begitu royal menghadirkan fitur dan desain, termasuk soal teknologi. Praktis pola pikir kritis dan kontras, terus bergulir. Hingga tertuang dalam sebuah karya porting polish manual pakai water proof, seting jeting karbu, ganti knalpot sampai adopsi kopling jedek, saat mainan bebek 4 tak maupun 2 tak.
Sebab, menunggang kuda besi kencang, adalah obsesi sekaligus hobi, penggemar music genre rock Power Metal asal Surabaya itu. “Lagu Satu Jiwa, Pengakuan dan Kisah Biru, biasa menemani saya dan teman-teman saat utak-atik motor, ”sebut Mevans.
Memetik kisah perjalanan Mevans soal hobi satu ini, memang sangat atraktif dan berkesan. Otomotif seolah menjadi “bayangan” bagi seorang Mevans Sanggramawijaya. Baik mulai SMP, SMA, masa kuliah, termasuk setelah berkeluarga seperti sekarang ini, terus mengikuti, memahami tuanya yang memang hobi.

Obsesi berbalut hobi itu seolah bereinkarnasi, saat Mevans berada di puncak kesuksesan karier bisnisnya, seperti saat ini. Melalui dibangunya Onesixeight Racing Team, menaungi tim motocross dan supermoto, yang dinakodhai oleh Bunda Litta Rahmawati istri Mevans.

Aktif pula menjadi crosser di motocross merangkap rider di supermoto. Event yang diikuti identik level nasional sampai Asia Pasific. Kegemaran lama full throttle, terulang lagi di ruang prestasi sekaligus gengsi. Wajar dong, mengingat Onesixeight Racing Team, dibangun serius sebagai tim professional !

Sampai, untuk melengkapi formasi segmen balap kelas superstock di Sunday Race, belum lama ini Bunda Litta membelikan Yamaha YZF R1M, sebagai kado ulang tahun Mevans. Kado itu disebut-sebut sebagai turunan YZR - M1 pacuan rider Moto GP, dengan harga cukup fantastis.
Hobi Papa memang sulit dinilai dengan nominal. Apa yang menjadi kegemaranya, saya berusaha memahami dan tetap mendukungnya. Sebab, saya sadar bahwa otomotif juga menjadi media komunikasi universal dengan kolega bisnis Papa. “Tapi, makin kesini, saya juga mulai asyik dan menikmati, bersama kerabat otomotif lain, ”tutur Bunda Litta.

Bahkan, kabar terbarunya, Mevans telah dalam proses membangun galeri di kediamanya, sebagai ruang display motor-motor yang memiliki kenangan, jejak perjalanan dan perjuangan Mevans yang sulit terlupakan.
Ada satu kisah menarik, saat meminjam Astrea Prima ke Om saya, harus merayu dulu dan membelikan bensin. Selain itu, masih banyak lagi motor-motor yang memiliki kenangan pahit, manis dan indah, yang akan saya display di galeri.
Agar teman, kolega dan partner bisnis saya, lebih memahami. “Bahwa proses berada di puncak kesuksesan seperti saat ini, juga ditempuh melalui perjuangan dan nggak instant, “senyum Mevans.

Untuk mengawali mengisi galeri, Jum’at kemarin Mevans baru saja menebus Yamaha 125Z produksi tahun 2000, dengan bandrol seharga All New Avanza. “Selain odometernya masih 28 KM, tahun produksinya sama dengan Yamaha 125Z, yang pernah dimiliki almarhum Papa saya, ”sebut Mevans merasa bereinkarnasi.
Yamaha 125Z bagi saya nilai history-nya dalam banget, terkait dengan hati dan pribadi saya, sampai berproses pencapaian di titik saat ini. “Bagi saya, kenangan tidak bisa ditebus dengan apapun mas, ”lontar Mevans. Di kalangan kolektor mungkin everlasting sebab jauh dari unsur bisnis, tapi bagi kalangan hobi mungkin menjadi trend sekejap.

Alhamdulillah, Bunda Litta mendukung. Pernah saya tawari saat persiapan sunmori, naik Harley Davidson Road Glide atau naik Yamaha 125Z, malah memilih yamaha 125Z. Bunda Litta tahu persis kisahnya, punya arti mendalam di hati.
Sampai, ketika melihat sosok Yamaha 125Z, seperti Déjà vu. Seolah bersama Papa dengan senyum khasnya, di halaman belakang rumah, memberi nasehat putranya. “Tapi Papa berada di deminsi lain yang tidak bisa dijamah, ”cerita Mevans.

Semoga saja, dengan galeri dan motor-motor yang penuh kenangan ini, senantiasa bisa menjadi pengingat, akan jasa orang tua, baik kesabaran dan keteguhan hatinya membesarkan saya hingga berada di titik sukses seperti saat ini.
Sekaligus, menjadi pribadi yang berusaha menghargai sejarah perjalanan dan perjuangan kehidupan. “Bagi saya, cukup banyak memberi pelajaran, hingga menjadikan saya sebagai pribadi yang lebih baik dan visioner, ”yakin Mevans. teks - foto : enea/NPJ