Berasimilasi dengan pelaku racing kompetisi roda dua, telah menjadi predikat Agus "Black Hoe" Budianto owner Black Hoe Racing Team, Ngawi.
Menurutnya, milenial adalah aset bagi setiap kabupaten, maupun daerah tempat tinggalnya.
Mengingat, milenial kini bergulir menjadi simbol dan icon, citra dan kisah sebuah daerah.
Tinggal pemangkunya yang mesti jeli dan reaktif, untuk bisa menjadi sahabat, mengcreated, sharing, hingga menelurkan karya nyata.
"Konsekuensinya, memang harus bisa akur dengan beragam mediasi, entah fashion, seni budaya, kuliner, hingga olahraga otomotif, seperti drag bike yang lagi digelar di Ngawi, "sapa hangat Agus Black Hoe.
Dari angka peserta kelas lokal, serasa menjadi indikasi kalau Ngawi, minat dan animo racing kompetisi sangat tinggi.
Persepsi dan pemahaman, perlu ditinjau ulang.
Sebab, pesan yang tersampaikan, setelah event berlalu, karapan liar pasti marak !
Apakah perlu ditindak tegas untuk menyikapinya ?
"Jawabanya tidak, ketika kita dekat dan persuasif dengan mereka, "bijak Agus Black Hoe.
Sejatinya, empati yang justru terbangun, ketika ditelaah dengan metodhe pembanding.
Ilustrasinya mudah, kalau pemain volley bisa berekspresi di lapangan dan pemain bola bisa saling umpan di stadion.
Lantas, mana prasarana penggila kecepatan 201 meter ?
Tanpa mengurangi rasa hormat dan tongkat komando atas, Ngawi memang harus bisa mengakomodirnya.
Selaras dengan trade mark-nya "Ngawi Ramah" dan pembangunan sirkuit ini merupakan bagian dari kerangkanya.
"Puji syukur saat ini tengah mengarah ke proses pembangunan, setelah jajaran Pemkab Ngawi dan dinas terkait duduk bersama, "lugas Agus Black Hoe.
Tak bisa dipungkiri, di era digital saat ini, modernisasi, globalisasi dan transisi, dari habit, life style, hingga hobi berjalan singkat juga atraktif.
"Resepnya simpel, cukup berasimilasi melepas ego, "kekunoan" dan pembenaran, agar bisa harmonis, juga mudah diterima psikis, "senyum Agus Black Hoe.
Bahkan, Usai popularitasnya memuncak di event road race, dengan segudang prestasi, kini Agus Black Hoe berganti menyapa masyarakat drag bike Jatim yang "Tindak DBC 2022, Ngawi".
Melalui team satelit Black Hoe Racing Team, Trenggalek, pria karismatik itu berpartisipasi memeriahkan drag bike.
Dan hadir langsung ditengah kebisingan dan terik panas kawasan Jl, Supriyadi, Dungus, Ngawi.
Beberapa milenial berbakat dan memiliki kemauan keras, turut diakomodir di drag bike.
"Jadi tak sekedar teori, tapi langsung saya tantang untuk berekspresi di ribuan audiens yang dominasi pribumi Ngawi, "tegas Agus Black.
Untuk kelas yang diikuti juga saya bebaskan, tergantung kepiawaianya ada dimana.
Saya himbau untuk fokus, hingga klimaks dalam kejelian mendeveloper engine, entah sport 2 tak, bebek 2 tak atau matic.
"Berharap, bisa menjadi spesialisnya, untuk menempanya, sampai memiliki nilai jual, "pungkas Agus Black Hoe. skg