Fenomena Merebaknya Dominasi Crosser Turun Supermoto : KOMPETISI SUPERMOTO DIKLAIM SEMAKIN BRUTAL, NANDA RIGI & ICENK SIAP MERAMAIKAN

Event Supermoto & Trial Game Asphalt. Akan didominasi petarung basic crosser & diklaim kompetisi semakin brutal. Event Supermoto & Trial Game Asphalt. Akan didominasi petarung basic crosser & diklaim kompetisi semakin brutal.

Kompetisi supermoto termasuk Trial Game Asphalt, diprediksi akan semakin brutal. Pengaruh masa pandemi Covid-19 dan ngambangnya jadwal motocross, memicu beberapa crosser bertransformasi menjadi rider.

Dari sisi psikis, hal demikian cukup relevan, logikanya seperti penghobi downhills, mendadak berhenti, jelas sulit menerima. Dan supermoto dim omen seperti ini dianggap paling logis, tapi bukan hasil voting dari spekulasi ya.

Ada bab dan pertimbangan yang bisa dijadikan stimulusnya. Kalaupun tak ada even skala nasional sampai penutup 2020, bisa jadi even daerah yang ada kelas supermoto-nya menjadi ajangnya. “Kalaupun tak ada even, anggap saja ini sebagai bekal kompetisi 2021, ”lontar H. Daniel Tangka punggawa Djagung Racing Factory, Malang.

Djagung Racing Factory rabu silam (1/7/2020), menjelma menjadi academy. Dua crosser nasional asal Lamongan, yaitu Nanda Rigi dan Marcelino Rigi ikut merapat di sirkuit GBT, Surabaya. Mengikuti jadwal latihan Djagung Racing Factory, dengan rider utama Raffi Tangka dan H. Agus Tole.

Gaya Icenk. Masih kental terbawa ciri khasa teknik motocross.

 

Dari statetment Nanda, memang ada minat untuk tampil di supermoto. Tapi bukan berarti meninggalkan motocross. Demikian dengan Icenk sapaan beken Marcelino Rigi, juga ikut latihan supermoto. Tapi, soal ikut tidaknya di event supermoto, masih tahap birokrasi ke H. David Rigi dady Icenk. “Belum ada lampu hijau mas, ”bisik Icenk.

Icenk latihan supermoto menunggang Husqvarna FC 450 bukan berarti ikut-ikutan. Penghobi lego itu penasaran ingin membuktikan basic skill motocross-nya, seperti apa saat diterapkan di supermoto. “Apalagi Icenk juga memiliki obsesi naik podium supermoto, itu ciri khas croser atau rider yang memang visioner, ”puji H. Agus Tole.

Sedang Nanda Rigi, tinggal membuka kamus lama soal teknik road race. Sebab, di 2017 Nanda pernah berlaga di road race, tapi nggak begitu serius. Sekarang, Nanda tampil kembali menunggang KTM 450 SXF.

Nanda Rigi. Nyaman dengan gaya road race yang pernah diikuti.

 

Spesifikasi kuda besi dan sirkuit, secara interval training terlalu tinggi grafiknya. Sehingga, masih tahap adaptasi kecepatan dan pengereman. Kalau racing line sudah luar kepala. Nanda kalau jadi turun supermoto, pasti gawat. Sebab, Nanda karakter petarung, sporadis menggedor pertahanan lawan, bisa jadi banyak yang digiring out. “Asli bisa merusak peta kekuatan supermoto, ”prediksi H. Daniel.

Kerenya fisik yang diforsir Icenk dan Nanda untuk supermoto, cukup memeras 20% dari 100% total bekal fisiknya. Kali ini, Icenk masih serius menyimak dan dalam fase amati tiru dan modifikasi, seniornya di supermoto yaitu Raffi Tangka dan H. Agus Tole. Kalau Nanda, hanya butuh intensitas rapat soal adaptasi kuda besi dan training.

Hal demikian juga dibenarkan oleh H. Daniel, basic motocross adalah basic dan sentral semua kompetisi roda dua. Mau road race, supermoto atau drag bike, pasti mumpuni dan telah dibuktikan oleh rider-rider sukses di tanah air.

Gaya Raffi Tangka. Lebih dulu laga di supermoto & aksi rear wheel steering ciri khasnya.

 

Apalagi, perjalanan supermoto yang bergulir di tanah air, atmosfirnya masih kental road race. It’s okay, Sehingga, sebagai steping awal dari motocross, lebih berpeluang menjadi champion. “Tak percaya ? monggo dibedah dan dianalisa gaya racing line dan late braking saja, ”usut H. Daniel.

Perhatikan kalau road race, racing line-nya mengular macam antri di loket bioskop. Bandingkan dengan supermoto, sejak basic memang ditempah dan diasah gaya start pararel. Sehingga keberanian duel dengan rival kanan kirinya, sudah seperti lauk dan sayur, ada sambalnya pula.

Raffi, Icenk & Nanda Rigi. Pengaruh masa Pandemi Covid-19, berusaha balans berlaga di motocross & supermoto.

 

Kalau sampai supermoto lebih didominasi crosser, kompetisinya saya yakin terbangun brutal. Tak ada istilah menunggu, apalagi cerita curi angin. Racing line-nya atraktif, bagi yang suka dan ingin mendramatisir memang kesanya seperti “ngipas”.

Masih ada lagi, teknik late braking yang biasa diterapkan. Kalau idealnya dibrake di 10 meter jelang corner, tapi buat petarung basic crosser, cukup 3 meter. “Sebab, bekal training crossser dan ilmu yang disampaikan instruktur, memang harus dan wajib seperti itu, ”tegas H. Daniel.

Raffi Tangka, H. Daniel Tangka, H. Momo & Bayu Bhayangkara Racing Team. Debat kusir soal sepatu supermoto yang bijak & sesuai aturan.

 

Di kesempatan ini, tampak H. Momo yang lagi debat kusir soal sepatu yang benar dan ideal untuk supermoto. H. Momo dan H. Daniel setuju mengikuti aturan resmi. Menyatakan bahwa supermoto layak dan wajib memakai sepatu motcross. Tentu saja hal ini turut menjadi input Bayu ownr Bhayangkara Racing Team, yang lagi intens mendidik putrinya Ashila, juga latihan supermoto.

Logikanya simpel, kuda besi yang dipakai dominan basic special engine segmen motocross yang dirombak jadi supermoto. "Kalaupun ada yang memakai special engine basicnya murni supermoto, tetap ada miripnya dengan special engine, "sebut Raffi.

Dan kalau menyebut supermoto, selalu ada kombinasi tarmac dan gravel berikut handicap. Prosentasenya terus berkembang dan tak bisa jadi pedoman. “Disini artinya apa ? Aturan yang disampaikan itu sebenarnya sudah tepat, dengan asumsi ketika komposisi trek supermoto dijalankan, ”yakin H. Momo diamini H. Daniel.

Tapi, ketika meninjau komposisi trek di tengah perjalananya beda, memang kemudian memaksa masing-masing rider membuat pilihan. Mengingat, sepatu motocross tak senyaman sepatu road race, saat dipakai supermoto. "Tapi, sepatu motocross cukup comfort saat disandingkan special engine, juga lebih safety, "timpal Nanda.

Menanggapi debat kusir ini, H, Momo berusaha bijak, sekaligus brilianya. Untuk memenuhi kebutuhan jurus dan teknik supermoto, H. Momo memodifikasi sepatu motocross-nya. Melalui penambahan sliding pad, berbahan teflon, yang diselipkan dan didesain di sol bagian bawah.

Dengan begitu, saat menerapkan gaya crosser, tapak kaki dan sepatunya tetap licin menjadi guider aksi rolling speed dan corneringnya. Cara ini memang lebih bijak, dibanding memaksa memakai sepatu road race untuk supermoto. “Prinsipnya berusaha berjiwa besar, tetap memegang teguh aturan resmi yang diberlakukan, ”kompak H. Momo dan H. Daniel.    teks - foto : rio